A Knife

Hallo, aku kembali lagi!! Seperti biasa di akhir bulan aku selalu hadir dengan cerpen baru. Kali bercerita tentang aku, aku pernah mengalami ini, bahkan akhir akhir ini 2 kata itu menghantui ku. Tapi aku sudah berhasil menghadapinya, sekarang aku ada di titik sedang baik baik saja. Apapun yang sedang ku lalui sekarang, aku percaya akan ada endingnya suatu hari nanti. Semoga kalian suka dan berkenan membaca sampai akhir. Jangan lupa tinggalin komen yaa... selamat membaca💖 semoga bisa menambah prespektif kalian. 

Oh ya, terimakasih pada Adiiba dan Indah yang sudah mengusulkan nama tokoh untuk cerpen kali ini. Hadiahnya sedang meluncur kerumah kalian, ditunggu yaa🌻🕊

-------------------------------------------------------------------

(Cerita ini telah di modifikasi)



 Pisau ini sudah ada di tanganku sejak lima menit yang lalu, tapi entah kenapa aku tidak segera mengayunkannya ke pergelangan tanganku. Bisikan "ayo mati" makin kencang saja terdengar di telinga ku. Ah bangsat aku masih ragu. 

Tiga menit kemudian, Syifa datang dengan tergopoh gopoh dengan muka terkejut. Aku menetapnya penuh tanda tanya. "Oik, bisa taruh pisaunya?" Entah mengapa aku tidak bisa mendengar suaranya, aku tahu ia berbicara padaku, tapi aku tidak tahu ia membicarakan apa. "Oik sayang, aku disini. Kamu gak sendiri tidak ada yang meninggalkan kamu. Plis taruhnya pisau nya" lagi, aku tak bisa mendengarnya. Tatapan mataku beralih ke sebilah pisau yang ada di tanganku, "ayo mati ik" aku terkejut, pisau itu berbicara padaku. Aku harus bagaimana??? 

5 menit kemudian, aku mengayunkan pisau itu ke pergelangan tangan. Seketika gelap dan diiringi dengan teriakan keras seorang perempuan. 

Aku tidak tahu apa yang terjadi setelahnya, yang pasti sekarang aku mencium bau alkohol, aku tahu ini Rumah Sakit. Aku merasakan nyeri di pergelangan tanganku. Ah aku belum mati, pikir ku. Sayup sayup terdengar suara laki laki berbicara pada seorang perempuan. Aku hafal suara perempuan itu, itu suara Syifa sahabatku. Tapi, siapa laki laki itu? Ah sebentar, Syifa memanggilnya dokter, berarti dia dokter. 3 menit setelahnya aku dibawa dengan ranjang menuju sebuah kamar, aku masih belum bangun tapi aku sudah tersadar. Dalam hatiku, kenapa percobaan bunuh diriku yang kesekian kalinya gagal?? Pasti Syifa menyelamatkan ku, aku tidak tahu kenapa ia bertindak seperti itu. Aku ingin mengumpat rasanya. 

Aku lupa lagi apa yang terjadi setelahnya. Hari ini aku membuka mataku, yang aku lihat pertama kali adalah langit langit kamar Rumah Sakit. Aku menoleh ke kanan, tidak ada siapa siapa. Aku toleh ke kiri, juga tidak ada siapa siapa. Aku memutuskan untuk bangun. Ah sial, aku di ikat di ranjang ini. 

Aku teriak "tolooongg" tidak ada yang datang. Aku coba buka laci rak disebelah ranjang, tidak ada apa apa. Aku lihat ada sebilah pisau di meja dekat dengan keranjang buah. Aku harus mengambilnya. Aku mencoba sekuat tenaga untuk turun dan meraih pisau itu, untungnya jarak antara kasur dan meja itu tidak terlalu jauh. Alhasil, aku bisa mengambilnya. Aku potong tali yang mengikatku dengan ranjang. 

Setelahnya, aku lihat tangan kanan ku banyak bekas luka yang menjadi tanda bahwa aku sudah sering melakukan percobaan bunuh diri. Kali ini, tangan kiri ku yang sedang di perban merasakan nya untuk pertama kali. 

Setelah itu, Syifa datang membuka pintu, ia langsung memelukku tanpa aba aba. "Jangan pernah bertindak bodoh lagi ya, ini yang terakir kalinya" katanya, kali ini aku bisa mendengar suaranya. "Lo gak tahu ik, seberapa khawatir nya gue  sama lo. 2 hari lo gak bangun, lo disini. Gue takut lo kenapa kenapa, lo bilang mau nemenin gue sampek jadi nenek nenek. Tapi mana bisa ik, klo lo selalu berteman dengan sebilah pisau" mulut lebar nya kali ini mengeluarkan banyak kata. 

Ia mengambil pisau yang ada di tangan ku dan berjalan ke meja untuk mengupas sebuah apel, buah kesukaan ku. "Sini duduk" panggilnya. Kaki ini mengikuti omongan Syifa, aku duduk tepat di seberang nya. 

"Izinkan gue bicara banyak hari ini, gue mau lo denger cerita gue" dia berbicara tapi matanya mengarah ke apel yang ada di tangannya. Aku yakin, ia berbicara padaku bukan pada apel itu. Sambil menatap apel nya ia menarik nafas panjang dan bertanya "udah tahu rasanya kan? Gimana masih mau melukai diri mu sendiri?". 

Kami saling bertatapan. Ia menatapku seperti mengharapkan jawaban, dan aku tak paham apa yang ia maksud. Aku mendengar ia menarik nafas panjang lagi. "Gini lo Choirunnisa yang cantik... lo kan udah tahu rasanya sakit menyayat diri sendiri. Apa lo tetep mau melakukan itu lagi?" 

"Ik gue tahu lo tu capek dengan kehidupan ini, gue juga paham betul lo udah gak punya semangat hidup lagi. Tapi apa lo gak bisa bertahan untuk mimpi dan Tuhan lo?" Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan pidatonya. 

"Gue emang gak akan ada buat lo selamanya, bisa aja besok gue duluan yang pergi. Tapi lo punya diri lo sendiri Ik! Gue tahu betul lo punya mimpi yang besar, apa gak bisa sebagian semangat lo buat raih mimpi lo di kasih ke semangat untuk hidup?" 

"Ik, bahkan orang yang udah mati pun berharap hidup kembali untuk memperbaiki kesalahan yang pernah mereka perbuat semasa hidupnya. Iya gue emang gak ngerasain jadi lo, tapi gue tahu hidup lo berat, gue yakin lo bisa melewati ini semua. Tuhan punya makna dibalik ini Ik, percaya gue"

Tanpa sadar air mata perlahan jatuh di pipi ku, ia jarang sekali bicara panjang untuk menyemangatiku. Tapi kata katanya kali ini bisa memberikan sedikit harapan untuk aku bertahan di dunia yang kejam ini.

"Ik kalo lo gak bisa bertahan untuk diri lo sendiri, setidaknya lo bertahan untuk mimpi dan Tuhan lo" tutup pidatonya kali ini, ia mengatakannya sambil meletakkan sepiring apel yang sudah di iris lalu beranjak ke dekat ranjangku.

Aku menatap punggungnya yang sedang merapikan kasurku. Kalimatnya yang terakhir benar, ini bukan pertama kalinya aku masuk ke Rumah Sakit karena percobaan bunuh diriku. Ini sudah kesekian kalinya, aku yakin dia lelah menghadapi tingkah laku ku. Aku bergerak mendekatinya, dan berbicara tepat di belakangnya "Terimakasih untuk selalu ada buat gue dan makasih juga untuk selalu sabar".

Ia berbalik dan aku melihatnya menangis. Ia memelukku erat sekali "gue akan terus sabar, jadi plis lo jangan kayak gini lagi ya!!" katanya. Aku tak bisa mengeluarkan kata kata lagi, aku hanya mengangguk tanda menyetujui perintah nya. 

Sore nya, aku minta diantarkan ke taman rumah sakit untuk sekedar menghirup udara segar. Disitu aku lihat banyak pasien lain yang sedang duduk santai bersama keluarganya, bersenda gurau bersama. Di waktu yang sama aku lihat perawat mendorong ranjang yang berisikan pasien yang ditutupi kain, aku tahu pasien itu sudah tiada. 

Kehidupan ini sudah ada yang mengatur, aku tidak bisa memilih untuk mati karena tugas ku di dunia belum berakhir. Di kedepannya masalah yang akan aku hadapi pasti lebih berat, dan aku harus menyiapkan diriku untuk berjuang lebih keras lagi. Aku memang bodoh sudah berteman dengan pisau dan melukai diriku sendiri, Syifa menyadarkan ku bahwa hal itu bukan pilihan yang baik. Aku bodoh karena berpikiran sempit dan tidak melihat dunia secara lebih luas lagi. Dunia ini memang kejam, tapi aku tahu ada satu bagian dunia yang menyuguhkan kebahagian. 

Kebahagiaan itu aku yang ciptakan, aku bahagia masih hidup walau berkali kali aku menyayat nadi ku sendiri. Aku bahagia bisa melihat tawa orang lain, kebahagian mereka menular padaku. Aku bahagia, masih bisa melihat putih nya awan dan biru nya langit. Ah ya, bahagia itu sangat sederhana.

Kali ini aku sadar, bahwa dunia ini lebih indah jika aku melihatnya dari sisi yang lain. Mulai sekarang, aku tidak akan lagi berteman dengan sebilah pisau, sudah cukup. Saat  ini aku berjanji akan berusaha menggapai mimpiku lebih keras lagi. Dan kamu, jangan jadi seperti aku ya!!


------------------------

In the end, aku cuma mau bilang kalau kalian ketemu sama orang yang sudah gak punya semangat hidup. Please diam aja kalau kalian gak bisa memberikan kata kata yang membangun, peluk dan elus punggungnya itu sudah cukup.

Tidak hanya aku, aku yakin ada ribuan orang di luar sana yang sudah lelah dengan hidup mereka. Mereka hanya butuh di dengar dan di support. Untuk kalian yang juga sedang berjuang dengan strugle hidup, semangat lah! Hidup ini indah kok. Beban tidak akan salah memilih bahu. Ingat, kita semua sedang bertarung di arena kehidupan masing masing. Jadi, jangan lupa semangat mengahadapi Hidup. HORAAASSSSS!!!!

With love, Akmal.

------------------------

Hit me up : 

instagram : https://www.instagram.com/akmalzdt/?hl=id  (akmalzdt)

email : perahumanis@gmail.com

See you di postingan selanjutnya, jangan lupa tinggalin jejak dengan comment sebanyak banyaknya, Akmal perahumanis.

Komentar

  1. Merinding bacanyaa.. dan menyadarkanku tentang banyak hal.. ditunggu cerita selanjutnya 💕

    BalasHapus
  2. Selalu membawa pembaca seperti merasakan apa yg ada di cerita 😭 makasii akmall sukses terus untuk karya karya mu 😘

    BalasHapus
  3. Speachless bacanya, be strong ya mal. See you really soon����

    BalasHapus
  4. Its not easy have a trauma in your life, but you desearve it very well, mal. Im proud of you

    BalasHapus
  5. Peluk jauh dari sini untuk semua orang yang pernah merasakannya����

    BalasHapus
  6. Akhirnya setelah sebulan, ku tunggu bulan depan dengan karya baru ya sis

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer